Jumat, 16 Maret 2012

AUDIENSI PC LDII KE MUI SEKUPANG


Mengawali kegiatannya di bulan Maret tahun 2012 ini, unsur Pengurus PC LDII Kecamatan Sekupang Batam bersilaturrohim ke salah seorang Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sekupang. Audiensi tersebut berlangsung penuh suasana keakraban di kediaman Bapak Sabli di bilangan KSB Mentarau Tiban pada Minggu, 4 Maret 2012 pukul 19.00=20.30 WIB.

Ketua PC LDII Kec. Sekupang Dian Cahyono bersama empat pengurus harian lainnya melaporkan seputar kegiatan LDII di lingkungan Kecamatan Sekupang, Batam. Bapak Sabli yang juga salah seorang pegawai di Kantor Pengadilan Agama Kec Sekupang sempat menanyakan beberapa hal ke Pengurus PC LDII yang hadir dalam kesempatan dialog tersebut. Beliau mencermati perkembangan LDII di Kota Batam dan di Indonesia pada umumnya dan menanyakan sumber dana kegiatan dan pembangunan infrastruktur. Pengurus LDII menjelaskan bahwa sesuai dengan AD/ART bahwa sumber dana LDII diperoleh dari sumbangan para donatur, aghnia dan warga LDII. Adapun dana tersebut dikelola semata-mata untuk kelancaran kegiatan ibadah kepada Allah SWT.

Pengurus PC LDII dalam kesempatan itu menyerahkan Direktori LDII dan Majalah Nuansa kepada beliau dan juga turut mengundang Bapak Sabli pada acara pengajian umum LDII se-Kec. Sekupang pada tanggal 6 Maret 2012 (rph/354)

PENGUKUHAN PENGURUS PC LDII LUBUK BAJA, BATAM KOTA DAN BENGKONG


Pengukuhan PC Lubuk Baja
Batam Kota, Batam. Dengan berkembangnya wilayah administrasi pemerintahan di Kota Batam, maka DPD LDII Kota Batam memandang pentingnya penyesuaian personalia internal organisasi terhadap pemekaran wilayah di Kota Batam tersebut. Ada beberapa upaya yang dilakukan, antara lain dengan melakukan pembentukan Cabang di Kecamatan dan Kelurahan yang baru terbentuk ataupun melengkapi susunan pesonalia dalam kepengurusan di seluruh Kecamatan maupun Kelurahan di Kota Batam dimana warga LDII memiliki kegiatan ibadah. 

Dengan adanya penyesuaian tersebut maka DPD LDII Kota Batam melanjutkan proses regenerasi dan kaderisasi internal organisasi secara berkesinambungan guna memenuhi tuntutan perkembangan organisasi mengikuti perkembangan wilayah. Hal itulah yang dialami beberapa Ketua Pimpinan Cabang yang kini duduk di Kepengurusan DPD Kota, antara lain : Siajis sebelumnya Ketua PC LDII Kec. Batu Aji kini sebagai Kepala Seksi Organisasi dan Kaderisasi, H. Edi Ahmad, SE, MM yang sebelumnya sebagai Ketua PC LDII Kec. Lubuk Baja kini sebagai Sekretaris DPD LDII Kota Batam, dan H. Nur Rahim Hasan, Amd, ST yang sebelumnya Ketua PC LDII Kec. Batam Kota kini sebagai Wakil Ketua 1, DPD LDII Kota Batam.
Pengukuhan PC Bengkong

Perubahan susunan kepengurusan di tingkat PC terus berlanjut, antara lain : Muhammad Rum, SH kini sebagai Ketua PC LDII Kec. Batam Kota, dan dr. H. Rulifa Syahroel, SpA, sebagai Ketua PC LDII Kec. Lubuk Baja dan Arief Kurniawan, SPd sebagai Ketua PC LDII Kec. Batu Aji.
Pengukuhan pengurus PC LDII di Batam yang sebelumnya sudah dilakukan di beberapa Kecamatan, maka dilanjutkan oleh DPD LDII Kota Batam di Batam Kota dan Lubuk Baja pada minggu pagi 11 Maret 2012 di Kecamatan Batam Kota secara bersamaan.

Dalam sambutannya Ketua DPD LDII Kota Batam, Bapak H. Heryadi Slamet berpesan kepada pengurus yang baru agar dapat menjalankan amanah yang baru diberikan tersebut dengan sebaik-baiknya. Salah satu metode yang kini digulirkan yaitu melalui Green Dakwah, yaitu dakwah yang dapat menyejukkan umat dan tidak justru malah 'memanas-manasi' umat. Sehingga dengan demikian ikatan ukhuwah islamiyah dapat terjalin sebagaimana diharapkan.

PC Lubuk Baja dan PC Batam Kota
Acara yang berlangsung 9:30 WIB tersebut ditutup oleh Bapak H. Armed Sumedi dengan doa dan dilanjutkan dengan foto bersama para pengurus PC LDII Kec. Batam Kota dan PC LDII Kec. Lubuk Baja.
Sebelumnya acara serupa dilakukan di lingkungan Kecamatan Bengkong bertempat di Masjid Miftahul Huda yaitu pengukuhan Susunana Personalia Pimpinan Cabang LDII Kec. Bengkong . Dalam acara tersebut Ketua DPD LDII Kota Batam H. Heryadi Slamet mengukuhkan H. Suwartam Sanmuhari sebagai Ketua PC LDII Kec. Bengkong. (rph/354)

PENDIDIKAN UNTUK NEGERI KRISIS MORAL


Merebaknya perilaku menyimpang di masyarakat akhir-ahir ini khususnya kalangan remaja,merupakan satu bukti kemerosotan akhlak masyarakat yang terus terkikis Mereka sudah tidak lagi terikat dengan agamanya..

Demikian sambutan pembukaan ketua DPP LDII Sobar Wiganda mewakili Ketua Umum pada acara diskusi Kebangsaan yang diselenggarakan pada hari ini (Rabu 21/3) di lt.3 Kantor DPP LDII Jl. Arteri Tentara Pelajar no.28 Senayan Jakarta Pusat.

Diskusi kebangsaan yang menghadirkan Tokoh Pendidikan seperti Ki Supriyoko dari Taman Siswa Jogyakarta, KH. Mahrus Amin dari Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, hadir juga sebagai nara sumber ,Musliat Wakil Menteri dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI .

Diskusi yang bertemakan Pentingnya Pendidikan Akhlak di negeri Krisis Moral ini dipandu oleh Moderator Hidayat Nahwi Rasul dari Pemimpin Redaksi Majalah Nuansa.

Banyaknya kemaksiatan seperti meluasnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, durhaka kepada kedua orang tua, tawuran antar pelajar, antar kelompok adalah segelintir contoh dan bukti betapa generasi bangsa semakin jauh dari sentuhan nilai-nilai Akhlakul Karimah dan sudah hilangnya rasa malu. Sehingga dipertanyakan bagaimana sistem pendidikannya, karena perilaku menyimpang justru terjadi di lembaga pendidikan, ungkap Musliat,Wakil Menteri pendidikan dan kebudayaan mengawali diskusinya.

Yang paling menakutkan lagi menurutnya adalah hilangnya rasa saling menghormati bahkan rasa memiliki Negara tercinta ini.”Mestinya bisa memilah, kalau pemerintah yang salah ya Pemerintahannya, jangan negaranya yang dijelekkan dengan merusak kepentingan masyarakat banyak”,

Hal-hal yang terjadi diatas adalah merupakan bentuk keprihatian nasional, sehingga dengan demikian Mendikbud berkesimpulan bahwa pendidikan karakter bangsa harus masuk ke dalam kurikulum nasional. Lebih lanjut Wamendikbud juga mengapresiasi kepada LDII yang memiliki infrastruktur yang cukup dan punya massa yang cukup banyak, organisasi yang mapan sampai ke grass root.

Dalam kesempatan itu Mendikbud juga menjelaskan bahwa saat ini sedang memproses ulang kurikulum nasional untuk memasukkan kembali Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di tingkat dasar dan menengah. Termasuk didalamnya adalah pendidikan Akhlak didalam mata pelajaran Agama.

Bahwa ternyata untuk memperbaiki Akhlak budi pekerti bangsa bukan menjadi tanggung jawab Pemerintah saja, melainkan menjadi tanggung jawab kita semua terutama sebagai ormas keagamaan.

Sementara Ki Supriyoko tokoh pendidikan asal Jogyakarta yang sekaligus sebagai pimpinan Taman Siswa kepada LDII berpesan agar terus menyerukan kepada semua msyarakat tentang budi pekerti yang sudah di tauladani oleh Rosululloh SAW dengan hikmah, dan bantahlah jika ada yang menentang dengan cara lemah lembut, itupun bila perlu. Lebih lanjut Ki Supriyoko menjelaskan bahwa tandanya bangsa itu sudah krisis moral apa bila sudah terjadi penyimpangan social, perbuatan asusila, dan korupsi sudah membudaya.

Sebagai pembicara terakhir, pada diskusi kebangsaan yang diselenggarakan oleh DPP LDII, KH. Machrus Amin menyampaikan pentingnya pembangunan Bangsa melalui Pendidikan Pondok Pesantren. Karena menurutnya didalam Pondok Pesantren ada pilar-pilar pendidikan yang meliputi pembinaan jiwa seperti keikhlasan, kemandirian, kesederhanaan, ukhuwah dan jiwa merdeka.

Prof.Dr.Musliat, Prof.Dr.Ki Supriyoko Taman Siswa, KH. Mahrus Amin
Tak dapat disangkal, bahwa semua itu karena minimnya pendidikan agama sedari dini, sejak manusia dalam kandungan. Sejak kecil harusnya seorang anak tidak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tuanya. Orang tua terkadang sibuk mencari nafkah, dengan dalih demi kelangsungan hidup keluarga. Mereka lupa, hakekatnya pendidikan akhlak dan kasih sayang kepada anak adalah lebih penting dari sekadar menimbun uang.

ANAK, AMANAH ATAS KEDUA ORANG TUA

Kita tak perlu heran terhadap mereka yang telah menyia-nyiakan perintah Allah di dalam hak anak dan keluarga mereka. Seandainya api dunia mengenai anaknya atau nyaris menyentuhnya, pasti ia akan berjuang sekuat tenaga untuk menghindarkan anaknya dari api tersebut, dan buru-buru pergi ke dokter untuk segera mengobati luka-lukanya. Adapun api akhirat, maka ia tidak mau mencoba untuk membebaskan anak-anak dan keluarganya darinya. Wallahu al Musta’an.

Padahal Allah ‘Azza Wajalla telah berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).
Seorang ayah adalah penanggung jawab pertama, lantaran ia sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, maka ia akan ditanya oleh Allah ‘Azza Wajalla tentang rumah tangganya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ

“Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan ditanya atas kepemimpinannya, dan seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anaknya, maka ia akan ditanya tentang mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu, kedua orang tua harus bangkit melaksanakan kewajibannya terhadap anak, berupa perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik, agar kelak menjadi generasi yang baik dapat memberi manfaat bagi orang tua dan kaum Muslimin yang lain.

HAL PERTAMA YANG PERLU DIAJARKAN KEPADA ANAK

Orang tua, terutama ibu, memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah Islam pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana menancapkannya pada hati mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah teladan terbaik bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam pergaulan beliau dengan anak-anak. Dalam masalah ini, kita bisa memetik lima pokok dalam pendidikan beliau terhadap akidah anak-anak:

1. Membiasakan anak mengucapkan dan mendengarkan kalimat tauhid dan memahamkan maknanya jika ia telah besar.

Wajib atas orang tua untuk menumbuhkan tauhid terhadap Allah pada anak-anaknya sedari dini. Oleh karena itu, ajarkan dan pahamkan anak bahwa Rabb mereka adalah Allah ‘Azza Wajalla Dialah yang menciptakan, yang memberi rejeki, yang menghidupkan dan makna-makna rububiyyah Allah lainnya. Setelah mengenal keagungan Allah dalam rububiyah-Nya, iringilah dengan mengajarkan bahwa Allah-lah yang berhak untuk disembah, diibadahi, disyukuri, diharapkan dan hanya kepada-Nya pula ditujukan segala jenis ibadah. Tak kalah pentingnya memperingatkan mereka dari syirik dan menjelaskan bahayanya pada mereka.

2. Menanamkan Kecintaan anak terhadap Allah

Dalamnya kecintaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan tertanamnya keimanan terhadap takdir-Nya membawa seorang anak untuk bisa menghadapi hidupnya dengan optimis dan tawakkal. Benih cinta kepada Allah yang tertanam akan menumbuhkan keberanian, karena dia akan menyadari bahwa tidak ada yang pantas ditakuti kecuali kemurkaan-Nya.

Gambaran keberanian yang menakjubkan ini terlukis pada diri seorang anak kecil, hasil didikan generasi mulia, Abdullah bin Az-Zubair. Suatu saat Abdullah dan anak-anak sebayanya berkumpul dan bermain-main di suatu jalan. Ketika melihat Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhum lewat di jalan tersebut, semua anak berlarian kecuali Abdullah bin Az-Zubair. Menyaksikan peristiwa itu, Umar merasa takjub sehingga bertanya kepada anak kecil itu, apa sebabnya ia tidak lari seperti anak-anak lainnya. Abdullah kecil pun menjawab, “Aku tidak bersalah sehingga aku harus lari, dan aku tidak takut pada Anda, sehingga aku harus meluaskan jalan bagi Anda.”
Inilah sosok mungil Abdullah bin Az-Zubair, tidak ada yang ditakutkannya kecuali kemurkaan Rabbnya karena melanggar larangan atau meninggalkan perintah-Nya.

3. Menanamkan kecintaan anak pada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

Dalam riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhum bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدَكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari).
Betapa pentingnya kecintaan terhadap Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sampai-sampai tidak akan sempurna iman seseorang tanpanya.
Membacakan sirah (sejarah) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan mengenalkan mereka akan sifat-sifat beliau yang mulia merupakan upaya terbaik untuk menumbuhkan kecintaan mereka pada beliau.

4. Mengajarkan pada anak Al Qur’an Al Karim

Sepantasnya bagi orang tua untuk memulai pelajaran bagi putra-putrinya dengan Al Qur’an sejak dini. Yang demikian itu untuk menanamkan pada mereka bahwa Allah adalah Rabb mereka dan Al Qur’an adalah firman-Nya. Menancapkan ruh Al Qur’an pada hati-hati mereka dan cahaya Al Qur’an pada pikiran-pikiran mereka, sehingga mereka tumbuh di atas kecintaan kepada Al Qur’an. Hati mereka menjadi terikat padanya sehingga mereka siap untuk mengikuti perintahnya dan berhenti dari larangan-larangan yang ada padanya, berakhlak dengan akhlak Al Qur’an dan berjalan di atas manhajnya.

Imam As-Suyuthi mengatakan bahwa mengajarkan Al Qur’an pada anak merupakan salah satu pokok Islam agar mereka tumbuh di atas fitrahnya, dan cahaya hikmah itu lebih dahulu menancap di hati mereka sebelum menetapnya hawa nafsu, kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan.

Para salafus shaleh biasa mengajari anak-anak mereka Al Qur’an sebelum mencapai usia 3 tahun, sehingga kita akan dapati pada usia yang masih belia, mereka telah menghapal Al Qur’an. Sebut saja Imam Syafi’i, beliau telah hapal Al Qur’an pada usia 10 tahun, demikian pula Imam Nawawi rahimahumallah.

5. Mendidik anak untuk. berakhlak yang baik

Islam sebagai agama yang sempurna dan relevan di setiap tempat dan zaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabdanya,إ

إنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Aku diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).
Akhlak merupakan tolok ukur iman seseorang. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang penyebab yang paling banyak orang masuk surga. Beliau menjawab,

تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak ada sesuatu yang paling berat dalam timbangan melebihi akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa akhlak yang baik memiliki keutamaan dan ketinggian derajat. Sudah sepantasnya apabila kita berusaha untuk memilikinya. Tetapi perlu diingat bahwa ukuran baik buruknya akhlak seseorang tidaklah didasari oleh selera individu masing-masing, atau menurut adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Semuanya harus berpedoman menurut norma Islam.

6. Memilih sekolah / lembaga pendiLedikan yang baik bagi anak

Adanya generasi yang buruk, bukan karena kesalahan mereka semata, namun ada faktor lain yang turut menentukan hal tersebut.

Selain keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, pendidikan formal pun memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Akan tetapi, pendidikan formal saat ini, pada umumnya tidak mampu mendidik anak didiknya dengan baik. Contoh, sekolah/lembaga pendidikan hanya sekadar mentransfer ilmu, sedangkan pembinaan kerpribadian jarang dilakukan. Belum lagi kurikulum yang diterapkan sebagian besar adalah ilmu umum, sedangkan ilmu agama sangat sedikit sekali, menyebabkan anak didik berperilaku kurang baik.