Kamis, 21 Maret 2013

TIPS MENANGKAL PORNOGRAFI


TIPS MENANGKAL PORNOGRAFI - Tantangan yang dihadapi anak Generasi-Z salah satunya adalah kerusakan otak akibat pornografi. Temuan Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH), Jakarta, terutama terhadap siswa kelas 4 hingga 6 SD, sepanjang tahun 2008 sampai awal 2010 di Jabodetabek, 67 persen dari mereka telah melihat atau mengakses pornografi, 37 persen di antaranya mengakses dari rumah sendiri.
APA sih Generasi-Z? Mereka adalah anak-anak yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi. Generasi-Z lahir setelah tahun 1990an. Bagi generasi ini, teknologi sudah merupakan bagian dari hidup mereka sejak lahir di dunia ini. Jangan heran jika anak-anak dari Generasi Z sangat mahir menggunakan teknologi apapun.
Coba lihat saja di jalan-jalan, begitu banyak anak usia SD dan SMP yang mengendarai sepeda motor dengan sangat nyamannya. Mereka pun sangat familiar dengan berbagai gadget seperti handphone dan kamera digital. Bahkan untuk menjalankan komputer mereka tidak perlu kursus. Cukup lihat kakak atau orang tuanya mengoperasikan komputer, mereka dengan cepat bisa belajar mengoperasikannya. Berbeda dengan generasi sebelumnya terutama Baby Boomers, yang lahir antara tahun 1946-1964, yang menguasai teknologi dengan kursus atau pelatihan.
Generasi Z dapat hidup di alam cyber. Kehidupan bersosialisasi mereka cukup terpenuhi dari jejaring sosial, game online, dan forum-forum di internet. Intinya, Generasi Z adalah generasi yang lahir dan hidup dengan teknologi tinggi saat ini.  Tidak mudah mengasuh anak dari Generasi Z, yang banyak mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi, bermain, dan bersosialisasi. “Banyak orangtua yang tidak mengetahui atau menyadari apa yang telah disaksikan anak-anak mereka melalui berbagai fasilitas yang mereka berikan untuk anak-anak mereka, seperti TV, games, handphone, internet, dan sebagainya,” kata Elly Risman, Psi, psikolog dari YKBH.
Bagaimana sebenarnya pornografi dapat merusak otak anak? Ahli bedah otak dari Amerika Serikat, Dr Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena mengubah struktur dan fungsi otak. Bagian yang paling rusak adalah prefrontal cortex (PFC) yang membuat anak tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang.
Mark Kastleman, penulis buku The Drugs of the New Millenium, memberi nama pornografi sebagai visual crack cocaine atau narkoba lewat mata. Kastleman juga menyebut adiksi pornografi pada anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar. Perangkap yang diberikan bermacam-macam. Misalnya, awalnya gratis, lama-lama bayar. “Persis kayak  jual narkoba. Cicip dulu sedikit, setelah ketagihan, pasti si anak akan mencari. Bedanya, orang kecanduan narkoba masih kelihatan, misalnya sakau. Tapi, kecanduan pornografi tidak. Kalau sudah kecanduan banget baru bisa,” urai Elly.
Ciri-ciri kecanduan pornografi antara lain anak menghabiskan waktu lebih banyak dengan perangkat teknologi, seperti internet, games  atau ponsel. Anak menjadi gampang marah, self esteem-nya rendah, kalau bicara tidak mau menatap mata kita, melawan, suka berkhayal, prestasi akademik merosot tiba-tiba, dan pendiam.
“Anak juga biasanya mengamuk kalau ditegur untuk berhenti melakukan aktivitas tertentu tadi,” kata Elly. Anak seringkali ingin keluar dari jerat adiksi tadi tapi tidak mampu karena tidak ada yang bisa membantunya. //**
——- ** ——–
TIPS BUAT ORANG TUA
Di bawah ini adalah beberapa poin yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:
1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat. Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.
2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.
3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.
4. Kontrol “password” internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.
5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak. Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.
6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet.
7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.
8. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.
9. Sediakan waktu untuk keluarga.
Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.
10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.
11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut. Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.
12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.
13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.
Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.
Demikian sedikit tips mengenai bagaimana menjaga anak-anak kita agar menagkal pornografi. Semoga dapat diambil manfaatnya.
Sumber : Nuansa Online

MIMPI RASULULLAH SAW

Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang melakukan sholat subuh berjamaah dengan para sahabat. Selesai sholat beliau membalikkan badannya menghadap para sahabat. Lalu beliau bertanya, "Siapakah diantara kalian yang tadi malam bermimpi?" Para sahabat terdiam dan saling pandang satu sama lain. Rasulullah pun paham bahwa diantara para sahabatnya tidak seorang pun yang bermimpi malam itu. "Kalian tidak ada yang bermimpi?" tanya Rasulullah, "Kalau aku tadi malam bermimpi…."

Rasulullah mulai menceritakan mimpinya kepada para sahabat, "Dalam mimpiku aku melihat dua orang laki-laki yang datang menemuiku dan menjabat tanganku, lalu membawaku pergi ke suatu tempat. Di situ aku melihat ada seseorang sedang duduk, dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang membawa sebuah pengait besi yang tajam ujungnya. Tiba-tiba orang itu menghujamkan pengait besi yang dipegangnya ke rahang kanan orang yang duduk hingga menembus tengkuknya, orang itu pun menjerit kesakitan. Orang yang berdiri mencabut pengait besi dari rahang kanan orang yang duduk dan rahangnya pun pulih kembali. Saat itu pengait besi kembali dihujamkan, kali ini ke rahang kiri orang yang duduk hingga menembus tengkuk. Kejadian itu berulang kali dilakukan, hingga aku bertanya, "Apakah ini?"  Kedua orang laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".

Aku pun terus berjalan hingga aku melihat orang yang berbaring telentang di atas tanah dan orang laki-laki berdiri di sisi kepalanya membawa sebuah batu besar. Laki-laki yang berdiri menghantamkan batu besar ke arah kepala orang yang telentang hingga hancur, sedangkan batu menggelinding jauh. Laki-laki itu mengambil batu besar dan ketika kembali, kepala orang yang telentang telah pulih seperti sediakala. Batu besar kembali dihantamkan oleh laki-laki yang berdiri di kepala orang yang telentang, begitu seterusnya. Aku bertanya, "Pemandangan apakah ini?" Kedua orang laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".

Mereka mengajakku terus berjalan hingga melewati sebuah lubang mirip dengan tungku, atasnya sempit bawahnya lebar, sementara api menyala di bawah lubang itu. Di dalamnya terdapat orang-orang laki-laki dan perempuan yang telanjang. Setiap kali nyala api membesar, orang-orang yang ada di dalamnya terangkat ke atas seakan-akan mereka hendak terlempar keluar. Ketika nyala api mulai mengecil mereka berjatuhan ke dasar lubang. Aku pun berntanya, "Siapakah mereka?" Kedua laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".

Perjalanan pun aku lanjutkan hingga tiba di sebuah sungai, namun yang mengalir di sungai itu bukanlah air tetapi darah dan ada seseorang yang berkubang di tengahnya. Di pinggir sungai ada laki-laki yang berdiri membawa sejumlah batu. Ketika orang yang berkubang di tengah sungai hendak menepi, laki-laki yang berdiri di pinggir sungai menghujani dengan lemparan batu hingga wajah orang itu hancur bersimbah darah. Setiap kali orang yang berkubang di tengah sungai berusaha keluar dari sungai, laki-laki itu melempari dengan batu hingga ia kembali ke tempatnya semula di tengah sungai. Aku bertanya, "Siapa ini?" Kedua laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".

Maka aku pun meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah kebun hijau lebat yang indah dan di dalamnya terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Di bawahnya ada seorang laki-laki tua sedang bermain dengan anak-anak kecil dan seorang laki-laki yang sedang menyalakan api. Belum sempat aku bertanya, kedua orang yang bersamaku membawaku naik ke atas pohon lalu mengajakku masuk ke dalam rumah terindah yang pernah kulihat. Di dalam rumah itu ada  sejumlah orang tua, pemuda, perempuan dan anak-anak. Kedua orang itu membawaku keluar dari rumah lalu naik lebih tinggi lagi ke atas pohon dan memasuki sebuah rumah yang lebih indah dari rumah sebelumnya. Di dalamnya ada sejumlah orang tua dan anak-anak muda.

Saat itu aku kembali bertanya, "Kalian telah membawaku berkeliling sepanjang malam dengan sederet kejadian yang telah aku lihat. Sekarang jelaskan padaku apa arti semua itu?" Kedua orang itu berkata, "Baiklah. Orang yang kau lihat rahangnya ditusuk dengan pengait besi, dia adalah seorang pembohong dan selalu berkata bohong hingga kebohongannya tersebar dimana-mana. Maka ia akan dihukum seperti itu."

"Orang yang kau lihat kepalanya dihancurkan dengan batu besar adalah orang yang telah diberi oleh Allah pengetahuan Al-Qur'an tetapi ia tidur sepanjang malam, tidak pernah mau membacanya. Sehingga perbuatannya di dunia tidak didasarkan atas pengetahuan Al-Qur'an yang telah dimilikinya. Maka ia kelak akan disiksa seperti itu".
"Sementara orang yang kau lihat berada di dalam lubang seperti tungku adalah orang-orang yang semasa hidupnya melakukan perbuatan zina. Sedangkan orang yang berkubang di sungai darah adalah orang-orang yang memakan riba".

"Orang yang kau lihat duduk di bawah pohon bermain dengan anak-anak kecil adalah Nabiyullah Ibrahim, sedangkan anak-anak kecil itu adalah anak-anak yang meninggal dunia sebelum aqil baligh. Lalu orang yang menyalakan api itu adalah Malaikat Malik penjaga neraka. Adapun rumah pertama yang kau masuki adalah rumah di surga untuk orang-orang yang beriman pada umumnya. Sedangkan rumah kedua yang kau masuki adalah rumah di surga untuk orang-orang yang mati syahid. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Sekarang lihatlah keatas"

"Aku melihat keatas ada sesuatu seperti awan diatasku". Mereka berkata, "Disitulah istanamu wahai Muhammad". Aku berkata, "Ijinkan aku masuk ke istanaku". Mereka menjawab, "Tidak bisa. Karena masih ada sisa umurmu di dunia. Jika kau telah menghabiskan sisa umurmu, baru kau akan masuk ke istanamu".

Mimpi Rasulullah SAW adalah wahyu. Cerita diatas bukan hanya sekedar mimpi seperti yang dialami oleh manusia pada umumnya. Akan tetapi suatu pengalaman nyata yang ditunjukkan oleh Allah kepada RasulNya, agar Sang Rasul memberikan peringatan kepada umatnya. Sebagai umat Rasulullah SAW hendaknya kita dapat mengambil suatu pelajaran, sehingga kita lebih berhati-hati dalam berbuat dan berucap agar kelak tidak terkena siksa seperti yang telah ceritakan oleh Rasulullah SAW dalam mimpinya.//**

Maraji: Bukhari Kitabul Janaiz

PENGARUH TV MANUAL DAN TV INTERNET

TV DAN TV INTERNET - Televisi memang bukan kotak Pandora penyebar wabah dan teror di muka bumi ala mitologi Yunani. Tapi, efek televisi, mungkin hanya bisa dikalahkan oleh kotak pandora. Para ilmuwan komunikasi tak melihat televisi sebatas alat menghibur diri bagi keluarga. Persoalannya menjadi lebih kompleks, dari sekadar tertawa melihat film kartun atau turut mengharu biru seperti kisah sinetron. Sekarang selain TV, juga ada varian baru TV Internet, TV digital dengan perkembangan jaman perubahan itu mulai terjadi.

Tahukah Anda, televisi pelan tapi pasti mengambil peran guru di sekolah dan orangtua di rumah dalam hal menanamkan nilai dan pembentukan karakter, percaya atau tidak. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam penelitiannya menyebut, anak-anak menyaksikan televisi sekitar 5,8 jam sehari. Bila hari Sabtu dan Minggu, kuantitasnya bertambah menjadi 8 jam.

Padahal, tak semua yang ditayangkan televisi bisa memberikan hal yang bermanfaat. Alih-alih pendidikan, yang didapat justru anak-anak kita menjadi agresif, konsumeris, bahkan dewasa sebelum waktunya. Sebab, pada dasarnya industri penyiaran adalah sama halnya industri lainnya, mereka mengejar laba. Bedanya, mereka mengejar laba di frekuensi yang dimiliki publik, yang bisa saja gratisan. Namun untuk membiayai ongkos produksi mereka mengikuti selera pasar.

Selera pasar ini bisa diraba dari lembaga survei yang memberi peringkat suatu acara, semisal AC Nielsen. Bila film – misalnya Panji Tengkorak — yang dipenuhi adegan kekerasan dan pemain berkostum seksi, laris manis. Selalu nangkring di papan atas AC Nielsen, maka stasiun televisi terus memproduksi film atau sinetron sejenis, dengan berbagai varian. Sialnya lagi, selera masyarakat mirip-mirip, sehingga anak-anak kita tercinta tak diberi alternative yang memadai, untuk nonton film atau tayangan yang sehat.

Imbasnya mudah ditebak. Dalam teori komunikasi, dikenal adanya media exposure ¬atau teori terpaan media. Semakin sering manusia terpapar televisi mereka akan menyerap nilai lalu bertingkah laku seperti yang diajarkan televisi. Sadar atau tidak televisi menjadi semacam trend setter. Televisi adalah tempat hiperealitas, di mana fakta, khayalan, imajinasi, rayuan, direkonstruksi seolah-olah adalah realitas yang harus dianut dan ditiru dalam kegiatan sehari-hari.

Film-film kekerasan dan sinetron membuat nilai dalam keluarga tergerus sedikit demi sedikit. Kekerasan-kekerasan fisik dalam televisi yang dipadukan dengan kekerasan simbolik dalam bentuk kata, membuat seseorang meyakini televisi adalah kebenaran. Parahnya lagi, di sekolah anak-anak yang terkontaminasi ini, ingin menunjukkan diri mereka sebagai pusat perhatian, karena tidak ketinggalan zaman – sebagaimana televisi mendidik mereka.

Akibatnya, anak-anak yang mereka anggap ketinggalan zaman menjadi sasaran empuk perploncoan. Mereka yang ingin unjuk kekuatan pada akhirnya mencari pelampiasan dengan tawuran. Toh, sejatinya, manusia bukanlah khalayak pasif – dalam teori jarum suntik ilmu komunikasi. Manusia sebenarnya bukanlah makhluk yang pasrah menerima pengajaran dari televisi. Sebab pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah, apa yang menjadi keyakinan mereka benar.

Namun, proses pemilihan dan pemilahan ini, di kognitif atau alam pikiran manusia harus dibekali terlebih dahulu dengan filter atau penyaring. Penyaring inilah yang disebut nilai atau norma, atau juga adab. Norma atau nilai biasanya telah ditanamkan dalam sekeluarga secara turun temurun, dalam bentuk pelajaran mengenai kejujuran, keadilan, tenggang rasa, saling menyayangi, damai, hingga toleransi. Sementara, agama memberi landasan yang kuat, dalam bentuk segala kebaikan atau amal saleh berbuah surge di hari kemudian.

Maka itu, anak-anak kita tercinta bisa dijauhkan dari kekerasan sepanjang orangtua terus menanamkan nilai. Anak-anak diberi hikmah untuk memilih dan memilah mana yang baik dari televisi. Walhasil, menjadi sangat penting, bahwa anak-anak harus didampingi saat menonton. Agar mereka tahu mana yang pantas ditiru atau diabaikan, dan mana acara yang pas untuk usia mereka.

Sesibuk apapun orangtua harus mengawasi apa yang disaksikan anak-anak, juga membatasi jam menonton, dengan menggantinya dengan berkomunikasi yang hangat dengan keluarga. Mencipatakan berbagai kegiatan positif dalam keluarga, berdiskusi atau memberi problem yang harus dipecahkan oleh mereka.

Di hari libur, anak-anak didorong untuk melakukan kegiatan luar ruangan dengan kawan-kawan mereka. Agar saraf motorik mereka bekerja, hingga mereka menjadi lebih kreatif dan memiliki hubungan manusia yang baik antara satu sama lain. Tidak menjadi anak yang egois, karena tidak pernah melakukan kehidupan sosial dengan kawan-kawan mereka. Setidaknya itulah cara menghilangkan kekerasan dari rumah kita, yang turut berkontribusi mengurangi kekerasan di sekolah atau di area publik. Dengan begitupula, televisi tak lagi jadi kotak pandora. TV Internet bisa jadi tambahan baru bagi para orang tua untuk meningkatkan pengawasannya terhadap tontonan anak-anak.

Sumber : Nuansa Online

Selasa, 19 Maret 2013

MASYARAKAT MADANI, SEPERTI APAKAH MEREKA?

Masyarakat Madani / Civil Society merupakan masyarakat yang sangat diidam-idamkan semua bangsa. Kita selalu mendengar indahnya harapan sebagai masyarakat madani.

Semboyan Kota Batam yang selalu kita dengar setiap saat yaitu mempunyai visi menjadikan Batam bandar dunia yang madani. Apakah sebenarnya Madani itu? Tulisan kali ini akan kita bahas bersama tentang masyarakat madani.


Masyarakat Madani

Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta masyarakat yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Itu tadi pengertian umum dari masyarakat madani, berikut ini ada beberapa pengertian masyarakat madani menurut para ahli :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan teknologi yang beradab, iman dan ilmu.

Menurut Syamsudin Haris, masyarakat madani adalah suatu lingkup interaksi sosial yang berada di luar pengaaruh negara dan model yang tersusun dari lingkungan masyarakat paling akrab seperti keluarga, asosiasi sukarela, gerakan kemasyarakatan dan berbagai bentuk lingkungan komunikasi antar warga masyarakat.

Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani adalah masyarakat yang merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah, sebagai masyarakat kota atau masyarakat berperadaban dengan ciri antara lain : egaliteran(kesederajatan), menghargai prestasi, keterbukaan, toleransi dan musyawarah.

Menurut Ernest Gellner, Civil Society atau Masyarakat Madani merujuk pada mayarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk dapat mengimbangi Negara.

Menurut Cohen dan Arato, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah suatu wilayah interaksi sosial diantara wilayah ekonomi, politik dan Negara yang didalamnya mencakup semua kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama membangun ikatan-ikatan sosial diluar lembaga resmi, menggalang solidaritas kemanusiaan, dan mengejar kebaikan bersama (public good).


Menurut Muhammad AS Hikam, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), keswadayaan (self-supporing),dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

Menurut M. Ryaas Rasyid, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah suatu gagasan masyarakat yang mandiri yang dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan yang produktif dari kelompok-kelompok sosial yang mandiri, perkumpulan-perkumpulan, serta lembaga-lembaga yang saling berhadapan dengan negara.

Sedangkan Masyarakat Madani dalam Islam bisa kalian baca dibawah ini.

Istilah masyaakat madani itu sebenarnya merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun nabi Muhammad di negeri Madinah. Perkataan Madinah dalam bahasa arab dapat dipahami dari dua sudut pengertian. Pertama, secara konvensional kata madinah dapat bermakna sebagai "kota", dan kedua, secara kebahasaan dapat berarti "peradaban"; mskipun di luar ata "madaniyah" tersebut, apa yang disebut peradaban juga berpadanan dengan kata "tamaddun" dan "hadlarah".

Sebelumnya, apa yang dikenal sebagai kota madinah itu adalah daerah yang bernama Yatsrib. Nabi-lah yang kemudian mengubah namanya menjadi Madinah, setelah hijrah ke kota itu. Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah sebuah proklamasi untuk mendirikan dan membangun masyarakat berperadaban di kota itu. Dasar-dasar masyarakat madani inilah, yang tertuang dalam sebuah dokumen "Piagam Madinah" yang didalamnya menyangkut antara lain wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, tanggung jawab social dan politik, serta pertahanan, secara bersama.

Di kota Madinah-lah, Nabi membangun masyarakat berperadaban berlandaskan ajaran Islam, masyarakat yang bertaqwa kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Semangat ketaqwaan yang dalam dimensi vertical untuk menjamin hidup manusia, agar tidak jatuh hina dan nista.

Nah, penjelasan mengenai pengertian masyarakat madani sudah kita bahas, sekarang kita bahas ciri-ciri dari masyarakat madani itu sendiri.

Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan teknologi.

Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ).

Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ).
Free public sphere (ruang publik yang bebas)

Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Demokratisasi

Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi : 

1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 
2) Pers yang bebas 
3) Supremasi hokum 
4) Perguruan Tinggi 
5) Partai politik

Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.

Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan rahmat tuhan.
Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.

Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai masyarakat madani. Semoga menambah wawasan kita bersama.

Sumber : Disukai

Senin, 18 Maret 2013

SEJARAH BERDIRINYA LDII DI INDONESIA


Kepanjangan LDII adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia, merupakan organisasi kemasyarakatan yang resmi dan legal yang mengikuti ketentuan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi kemasyarakatan, serta pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986.
LDII memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program kerja dan pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas) Departemen Dalam Negeri.

Berdirinya organisasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mulai didirikan pada tanggal  1 Juli 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Karyawan Islam (YAKARI).
Pada musyawaroh besar (MUBES) YAKARI tahun 1981, nama YAKARI diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI).

Pada musyawaroh besar (MUBES) LEMKARI tahun 1990, sesuai dengan arahan Jendral Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) waktu itu, nama LEMKARI yang sama dengan akronim Lembaga Karate-Do Indonesia, diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Dari data-data tersebut bahwa LDII [ lembaga da’wah islam Indonesia adalah suatu organisasi yang betul –betul resmi dan legal di akui oleh pemerintah yang sah mengikuti peraturan pemerintah nomor. 18 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan.

Pendiri LEMKARI tahun 1971 : 
1. Drs . Nur Hasyim
2. Drs. Edi Masyadi.
3. Drs . Bahroni Hertanto
Dewan Penasehat LDII Masa Bakti 1998-2003
Ketua : Drs.H. Ahmad Suarno, MBA, PhD
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII Masa Bakti 1998-2003.
Tokoh sebelum Bp. DR. Ir. KH. Abdullah Syam, Msc, APU adalah Bp.Hartono
Ketua Umum: DR.Ir.K.H. Abdullah Syam, M.Sc., APU
DPP LDII memiliki 10 (sepuluh) Departemen

DEWAN PIMPINAN PUSAT LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII)
TAHUN MASA BAKTI 2005-2010.

DEWAN PENASEHAT
Ketua : Dr. H. Ahmad Suarno, M.M, Ph.D

II. PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Prof. DR. Ir. K.H. Abdullah Syam, M.Sc.

III. DEPARTEMEN - DEPARTEMEN
Departemen Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi.
Departemen Hubungan antar Lembaga dan Hubungan Luar Negeri.
Departemen Komunikasi, Informasi dan Media.
Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah
Departemen Pendidikan Umum dan Penelitian
Departemen IPTEK, Lingkungan Hidup dan Kajian Strategis.
Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat.
Departemen Pemuda, Olahraga dan Seni Budaya
Departemen Bantuan Hukum dan Hak Azasi Manusia.
Departemen Pemberdayaan Wanita dan Kesejahteraan Keluarga.

Jumlah Kepengurusan LDII di Indonesia, Berdasarkan Statistik pada tahun 2002, LDII sudah ada di:
27 DPD Propinsi menjadi 32 DPD propinsi [ naik 18 persen]
245 DPD Kabupaten dan Kota menjadi 302 DPD kabupaten / kota [ naik 23 persen].
1462 PC (Pimpinan Cabang) di kecamatan menjadi 1.637 PC [ naik 12 persen]
2942 PAC (Pimpinan Anak Cabang) di Desa/ Kelurahan menjadi 4.500 PAC [naik 53 persen].

Sebagai dampak otonomi terhadap pemekaran daerah, diperkirakan saat ini jumlah PAC sudah mencapai I.K. 4500 PAC di Desa/Kelurahan.

Dari data-data tersebut diatas dapat kita analisa bahwa suatu organisasi dapat menjadi organisasi yang betul-betul matang lewat dari departemen-departemen dalam organisasi tersebut dan untuk melancarkan dan program-program pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya contoh dalam hal ekonomi, hokum, HAM hak asasi manusia, wira usaha di bidang syariah yang terbentuk seperti koperasi-koperasi yang ada di Indonesia.

Sumber : nuansaberita.wordpress.com

PERTANYAAN LAZIM TENTANG LDII


PERTANYAAN LAZIM TENTANG LDII - Organisasi LDII pertama kali berdiri pada tahun 1972 dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990 sesuai arahan Jenderal Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) waktu itu, nama LEMKARI yang sama dengan akronim Lembaga Karate-Do Indonesia diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).

BENARKAH LDII SEBAGAI PENERUS ISLAM JAMAAH? 

Tidak benar. LDII adalah ormas Islam yang besar dengan latar belakang warga yang sangat beragam, dalam bidang pendidikan, profesi, status sosial maupun aspirasi kelompok keagamannya, termasuk mereka yang dulunya ”dianggap” melaksanakan ajaran Islam Jama’ah.

Adanya orang-orang yang dianggap mantan Islam Jama’ah inilah yang kemudian menimbulkan citra seolah-olah LDII ini sebagai penerus Islam Jama’ah.

BENARKAH WARGA LDII TIDAK MAU BERMAKMUM PADA ORANG SELAIN LDII?

Tidak benar. Penetapan Imam sholat mengikuti tuntunan Rosululloh SAW: ”Yang berhak mengimami kaum adalah yang paling mahir di dalam membaca Al-Qur’an, jika dalam hal ini sama semua maka yang paling dahulu hijrahnya, jika dalam hal ini sama semua, maka yang paling banyak mengetahui sunnahnya, jika dalam hal ini mereka sama semua maka yang paling tua usianya”. Contoh yang nyata adalah pada saat ibadah haji. Di Makkah warga LDII sholat di belakang Imam Masjidil Harom. Di Madinah warga LDII sholat di belakang Imam Masjid Nabawi. Begitu juga di masjid-masjid lainnya.

BENARKAH WARGA LDII TIDAK MAU SHOLAT DIMASJID SELAIN LDII?

Tidak benar. Warga LDII selalu berusaha tertib dalam menetapi sholat lima waktu, dalam rangka menetapi firman Allah: ”Jagalah waktu-waktu sholat dan sholat yang tengah (Asar)”. Untuk menetapi kewajiban sholat lima waktu tersebut, warga LDII dapat melaksanakan ibadah sholat di masjid, di musholla, atau di tempat ibadah lainnya. Adapun jika di lokasi terdekat ada masjid LDII, tentunya wajar saja jika warga LDII tersebut lebih memilih pergi ke masjid LDII. Hal tersebut semata-mata disebabkan karena di masjid LDII tersebut dapat diperoleh informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi, sekaligus silaturohim dan menambah ilmu.

Oleh karenanya silakan bagi saudara-saudara yang ingin bersama-sama menuntut ilmu bersama saudara-saudara di LDII, LDII terbuka kepada siapa saja hamba Allah yang ingin bersilaturrahim.
Sumber : http://ubaidahlubis.blogspot.com

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA


SEJARAH PERKEMBAGAN ISLAM DI INDONESIA
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA - Perkembangan sejarah Islam di Indonesia memainkan peranan penting bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia selanjutnya. Perkembangan Islam di Indonesia tergolong perkembangan yang unik di dunia Islam. Mari sama-sama kita ikut tulisan berikut ini.


A. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia
Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1 hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati dan tolong menolong.
2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.

Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.

Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-11 M dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang bertahun 475 H/1082 M.
Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.

Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
1. Ilmu-ilmu Keagamaan
Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :
a. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas.
b. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara. Karya-karya itu mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa itu.

Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :
a. Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.
b. Syamsuddin As Sumatrani dengan karyanya berjudul Mir’atul Mu’min (Cermin Orang Beriman).
c. Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang yang berasal dari India keturunan Arab Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah, dan tasawuf yang diantaranya adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As Salatin (sejarah), dan Tibyan fi Ma’rifat Al Adyan (tasawuf).
d. Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa. Karyanya adalah kitab Martabat Kang Pitu (Martabat yang Tujuh).
e. Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijil
f. Ronggowarsito dengan karyanya Wirid Hidayat Jati
g. Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi (1629-1699 M). Karya-karyanya yang belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih berbentuk naskah.
h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).
i. Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 26 buah buku diantaranya yang terkenal Tafsir Al Muris
j. Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau (1860-1916 M)

2. Arsitektur Bangunan
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki penduduk yang juga terdiri dari beragam suku, bangsa, adat, kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu perbedaan latar belakang tersebut, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Beberapa hasil seni bangunan pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain. Masjid-masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.

Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti Masjid Sendang Duwur.

C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa Perkembangan
1. Masa penjajahan
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.

Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.

Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.

Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.
2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.
3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

2. Masa Kemerdekaan
Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :
a. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

b. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

c. Al Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

d. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

e. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

f. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

3. Masa Perkembangan
Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.

a. Membentuk Departemen Agama
Tujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:
1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.
2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.
3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

b. Di Bidang Pendidikan
Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

c. Majelis Ulama Indonesia
Selain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal antara lain sebagai berikut :
1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.
2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.

D. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.

E. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara
4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.

F. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Ada beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.
2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.

Sumber : berbagai Sumber

ISLAM IN INDONESIA


ISLAM IN INDONESIA
ISLAM IN INDONESIA - The spread of Islam in Indonesia has played very important role in the change of culture in Indonesia. The history has always been an interesting story to the world. What's on Islam in Indonesia? Here below the story of Islam in Indonesia.

A. The arrival and spread of Islam in Indonesia
In the 1st century to the M-7, an important ports in Sumatra and Java, is often visited by foreign merchants, such as Port Lamuri (Aceh), Barus and Palembang in Sumatra and Sunda Kelapa port in Java and Gresik.

Forerunners of the presence of Islam in the archipelago has been initiated in the period of the 1st century to the 5th century or H-7 to the 8th AD In this period, traders and preachers form the Islamic community. The preacher introduce and teach Islam to locals about Islam. Islamic teachings are as follows:
1. Islam teaches tolerance towards fellow human beings, mutual respect and mutual help.
2. Islam teaches that before God, all men are equal degree, except virtue of piety.
3. Islam teaches that Allah is the God Almighty, Merciful and Compassionate, and forbid men dispute, hostile, destructive, and being jealous of one another.
4. Islam teaches that men worship only Allah and not menyekutukannya any time and always do good to our fellow human beings without favoritism.

The teaching of Islam is very interesting population of Indonesia. Thus, preaching and Islamic influence spread, both among ordinary people, and the nobility or ruling.

The process of Islamization is estimated to have lasted since contiguity occurred. In Aceh, the Islamic empire Pasai Ocean established in mid-13th century AD that the development of the Muslim community in Malacca more rapidly. Ibn Battuta tells the Sultan of the Kingdom of Samudra Pasai, Sultan Al-Malik Az Zahir surrounded by clerics and Islamic preachers.

Meanwhile, the spread of Islam in Java has been going on since the 11 th century with the discovery of the tomb of Fatimah bint Maimun in Leran Gresik many H/1082 475 M.
Islamic influence into eastern Indonesia, especially the Moluccas, can not be separated from trade routes that stretched along the center of the international shipping traffic in Malacca, Java, and the Moluccas.

According to Tome Pires, people who converted to Islam in Maluku began about AD 1460-1465 AD They came and spread Islam through trade learning, preaching, and marriage.

Sulawesi, especially the south, since the 15th century AD has been visited by Muslim traders who probably came from Malacca, Java, and Sumatra. In the 16th century in the area of ​​Goa a famous kingdom in the area there has been a Muslim society.

B. Development of Science and Culture
1. Religious Sciences
The fight is done, in various aspects such as education, health, propaganda, social, politics and technology. There are at least two ways by the scholars in developing his teachings are as follows:
a. Establish a cadre of scholars who will serve as a missionary to areas wider.
b. Through his writings and read scattered throughout the archipelago. These works reflect the development of thinking and religious sciences in Indonesia at that time.

Muslim scientists in Indonesia, among others:
a. Hamzah Fansuri (Sufi) from North Sumatra. His work, entitled Asrar Al-Arifin fi Bayan ila wa Suluk At Tawheed.
b. Shamsuddin Sumatrani As with his work entitled Mir'atul Mu'min (Faithful Mirror).
c. Nurrudin Ar Raniri, which originated in India a Quraysh Hadramaut Arab descent. His works include the science of fiqh, hadith, theology, history, and mysticism which include the As Sirat Al Mustaqim (law), Bustan As Salatin (history), and Tibyan fi Ma'rifat Al Adyan (Sufism).
d. Abdul Muhyi from Java. His work is a book Kang Pitu Dignity (Dignity of the Seven).
e. Sunan Bonang with his Suluk Wijil
f. Ronggowarsito with his wirid Hidayat Jati
g. Shaykh Yusuf Makassar from Sulawesi (1629-1699 AD). His works were not published some 20 pieces that still shape the manuscript.
h. Shaykh Muhammad Al Banjari Arsyad (1812 AD) was a scholar who wrote the book sabitul productive Muhtadil (fiqh).
i. Shaykh Al Nawawi Banteni who wrote 26 books including the famous Tafsir Al muris
j. Shaykh Ahmad Khatib from Minangkabau (1860-1916 AD)

2. Architecture Building
Indonesia which consists of thousands of islands have a population which is also composed of various tribes, peoples, customs, habits and culture respectively. Therefore, differences in background, architectural buildings Islam in Indonesia is not the same from one place to another place. Some of the results of structural art in the growth and development of Islam in Indonesia, among others. Ancient mosques in Demak, Clothing Duwur Kasepuhan Court in Cirebon, the Great Mosque and the Mosque of Banten Baiturahman in Aceh.

Several mosques still have art still has a building that resembles the art building at the time merupai Hindu. Carving in the pulpit, kalamakara pattern ornate arches, mihrab and form mastaka or memolo showed a close relationship with the Hindu culture, such as Spring Duwur Mosque.

C. The role of Muslims in the Colonial Period, The Freedom and Future Developments
1. Colonial period
Long before the Dutch in Indonesia, most of the archipelago had converted to Islam the teachings of peace, mutual respect, and not to be prejudice against foreigners. Originally a foreign nation such as the Portuguese and Dutch came to Indonesia just to trade, but the subsequent development intentions turned into a desire to make Indonesia as a colony under the power and territory. Portuguese succeeded in expanding its trade area with the master Bandar Malacca in the year 1511 so that eventually they can go to Maluku, Ternate and Tidore.

Portuguese is also deadly Indonesian Muslim trading activities in other areas such as Demak. In the year 1527 AD, under the leadership of Demak Fatahillah successfully mastered Banten. Banten and Aceh became a bustling port of Bandar Malacca replace.

In the spirit of monotheism and the results obtained from the boarding school education led to the growing cadre of leaders and scholars to the public protector. The nobility and the peoples who originally did not understand the intention of the scholars to defend Indonesia from the clutches of the invaders are slowly come together to defend the archipelago of the Dutch expansion.

Examples of resistance by these figures include:
1. Tuanku Imam Bonjol through Padri War (1821-1837) in West Sumatra.
2. Prince Diponegoro (1815-1838) through the Java War in Central Java.
3. Aceh War (1873-1904) under the leadership of Commander Pilom, Teuku Cik Ditiro, Uma, and Cut Nyak Din.

2. Period of Independence
Muslims then replace the struggle against colonialism with the strategy or establishing Islamic organizations including the following:
a. Trade Syarikat Islam
Trade Syarikat Islam which later became Syarikat Islam established in 1905 headed by H. Samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto and H. Agus Salim. association was established with a view to improving the standard of living of the nation ndonesia, especially in the world of commerce.

b. Jam'iatul Khair
Standing in 1905 AD in Jakarta is the first movement of Islam in Java. Members mostly offspring (hybrid) Arab.

c. Al Ershad
Al Ershad is an Islamic organization that was founded in 1914 AD by Arab traders and scholars, such as Sheikh Ahmad Sorkali.

d. The United Ulama
Islamic modernist movement that was founded in 1911 AD by Abdul Halim and Majalengka centered in West Java. This organization is recognized by the Dutch in 1917 and engaged in the economic and social development, such as establishing an orphanage in 1930 AD

e. Muhammadiyah
Muhammadiyah Yogyakarta established 18 November 1912 by KH. Ahmad Dahlan coincide on 8 Dhul-Hijjah 1330. Muhammadiyah is not a political party, but the Islamic movement engaged in social and educational.

f. NU
Founded in January 1926 by KH. Hasyim aimed at encouraging the scholars Indonesia by increasing propaganda and education because it was the Dutch banning Muslims established schools like having Islamic boarding school.

3. Future Developments
In their infancy or after gaining independence, Muslims also have a very important role in the promotion of the nation and the state. These roles include through the following.

a. Establishing the Department of Religion
The objectives and functions of the Ministry of Religious Affairs formulated as follows:
1) Take care of as well as the demands of religious education in schools and universities guiding religion.
2) Following and notice things concerned with religion and religious.
3) Provide information and religious counseling.

b. In Education
One of the oldest forms of Islamic education in Indonesia is a boarding school in the various parts of the region. The institute is headed by a cleric and it's been a lot of schools that appear to be modern. That is, it has a curriculum of Islamic education and education levels-ranging from the basic (primary school), medium (tsanawiyah), and the upper level (aliyah), even up to the college level, such as the Islamic High School (stai) and Institute of Religion Islamic Affairs (IAIN), which has now become the State Islamic University (UIN).

c. Indonesian Ulema Council
In addition to the Ministry of Religious Affairs, the Indonesian government established the Indonesian Ulema Council (MUI), which is a forum of cooperation between the government and the clergy in matters of organization, particularly Islam. Indonesian Ulema Council is engaged in propaganda and education. Indonesian Ulema Council (MUI) center was established in October 1962 with the initial goal are as follows:
1) Development of mental and religion for the community.
2) Take part in organizing the revolution and construction plans in order universe democracy.

D. Lessons History of Islam in Indonesia
Having understood that the development of Islam in Indonesia has a distinctive color or character and has its own character in its distribution, we can take lessons, including the following:
1. Islam preaches peace contains.
2. Propagator of Islam in Indonesia is the person who has the toughness and hardworking.
3. Acculturation occurs between Islam and local culture meskupin Islam still has limitations and should not be explicitly against the basic teachings of Islam.

E. Benefits of the History of Islam in Indonesia
Many of the benefits that we can take to preserve them as follows:
1. The presence of Muslim traders who have come out and give the teaching of Islam in the archipelago helped give a new feel to the development of an understanding of a belief that already exist in this archipelago.
2. The work of the scholars who form the book to be a valuable source of knowledge.
3. We can emulate the Wali Songo have succeeded in things like the following.
a. Making people love to read and study the Quran.
b. Being able to build a mosque as a place of worship in a variety of architectural forms or up to all corners of the archipelago
4. Being able to take advantage of the historical heritage, including the heritage sites of the clergy, either in the form of tombs, mosques, and other historical relics.
5. A scholar or scientist demanded by Islam to practice full of exemplary behavior in order to continue to be preserved and used as a model by the next generation.
6. The scholars and unite umara repel invaders with weapons that are not even comparable.

F. Behavioral Living the History of Islam in Indonesia
There are some behaviors that are a reflection of the appreciation of the benefits that can be drawn from the history of Islam, among others, the following:
1. Trying to maintain unity and harmony antaraumat religion, mutual respect, and mutual help.
2. Responding to past events with patience and continue to believe that every event must have a silver lining.
3. Source of knowledge in the form of papers from scholars should continue to be extracted or learned and understood meaning.

New details emerge of anti-Islam film's mystery producer


Protes+Anti+Islam
(CNN) -- Some time in the summer, a small theater in Los Angeles screened a movie to which hardly anyone came.
It was a clunky film filled with scenes in a desert and in tents. The characters were cartoonish; the dialogue gauche.
The actors who'd responded to a July 2011 casting call thought they were making an adventure film set 2,000 years ago called "Desert Warrior." That's how Backstage magazine and other acting publications described it.
The American-made movie, it turns out, was hardly an innocent desert action flick.
 Questions surround incendiary Islam film Actress from anti-Islamic film speaks
Instead, the movie, backed by hardcore anti-Islam groups in the United States, is a tome on Islam as fraud. In trailers posted on YouTube in July, viewers saw this: scene after scene of the Prophet Mohammed portrayed as a womanizer, buffoon, ruthless killer and child molester.
Islam forbids all depictions of Mohammed, let alone insulting ones.
Staff and crew of film that ridiculed Muslims say they were 'grossly misled'
The Muslim world erupted in rage.
Protesters aired their anti-American anger in Egypt, Yemen, Tunisia, Morocco, Sudan, Iran, Iraq, Israel and the Palestinian territories. Violent mobs attacked the U.S. Consulate in the Libyan city of Benghazi leaving the ambassador and three other Americans dead.
As outrage spread, the film's origins still remained murky. Whose idea was it? Who financed it?
At the heart of the mystery was the filmmaker himself, a man identified in the casting call as Sam Bassiel, on the call sheet as Sam Bassil and reported at first by news outlets as Sam Bacile.
But federal officials consider that man to be Nakoula Basseley Nakoula, who was convicted in 2009 of bank fraud.
The FBI contacted the filmmaker because of the potential for threats, a federal law enforcement official told CNN Thursday. But he is not under investigation.
Libya consulate attack: The big unanswered questions
With media parked at his residence in Cerritos, California, Nakoula called the Los Angeles County Sheriff's Department Wednesday night to report a disturbance, said spokesman Steve Whitmore. He wanted local police to protect him.
When news of his movie first broke, the filmmaker identified himself as Sam Bacile and told the Wall Street Journal that he was a 52-year-old Israeli-American real estate developer from California. He said Jewish donors had financed his film.
But Israel's Foreign Ministry said there was no record of a Sam Bacile with Israeli citizenship.
 Libya struggling to deal with militants
Photos: Attack on U.S. Consulate in Libya
 Feinstein: I think this is premeditated
"This guy is totally anonymous. At this point, no one can confirm he holds Israeli citizenship, and even if he did we are not involved," ministry spokesman Yigal Palmor said.
A search by CNN of public records related to Bacile came up empty. A search of entertainment records turned up no previous mention of a Sam Bacile, and the directors and writers guilds had no listing for him.
CNN has not been able to speak with the filmmaker.
A production staff member who worked on the film in its initial stages told CNN that an entirely different name was filed on the paperwork for the Screen Actors Guild: Abenob Nakoula Bassely. A public records search showed an Abanob B. Nakoula residing at the same address as Nakoula Basseley Nakoula.
He believed the filmmaker was a Coptic Christian and when the two spoke on the phone during production, the filmmaker said he was in Alexandria, Egypt, raising money for the film. There has been a long history of animosity between Muslims and the minority Copts in Egypt.
Libyan official: Suspect in consulate attack arrested
Another staffer who worked on the film said he knew the producer as Sam Bassil. That's how he signed a personal check to pay staff.
The staffer said he was "99% positive" that Sam Bassil was not Jewish. He had quite a few religious pieces in his house, including images of the Madonna.
He was married with two children -- the daughter helped during production and even brought in lunch on a few occasions, the staffer said.
Neither staffer wanted to be identified for security reasons.
When CNN inquired about Sam Bassil, the U.S. attorney's office sent a copy of a 2009 indictment. Those court documents showed the bank fraud conviction for Nakoula Basseley Nakoula.
Several other aliases -- Mark Basseley Youssef, Yousseff M. Basseley, Nicola Bacily and Malid Ahlawi -- were all listed as aliases in the indictment. Other court documents listed Thomas J. Tanas, Ahmad Hamdy and Erwin Salameh also as aliases.
Six things to know about the attack
In his interview with the Wall Street Journal, the filmmaker characterized his movie, now called "Innocence of Muslims," as "a political effort to call attention to the hypocrisies of Islam."
"Islam is a cancer," he said. "The movie is a political movie. It's not a religious movie."
Cindy Garcia, an actress in the film, told CNN that the original script did not include a Prophet Mohammed character. She said she and other actors complained that their lines had been changed.
She said she spoke Wednesday with the producer.
"He said he wrote the script because he wants the Muslims to quit killing," Garcia said. "I had no idea he was doing all this."
Garcia described the movie's repercussions as a "nightmare," given the outrage and deaths, and she regretted having a role. She said she was angry and hurt by the lies.
The 79 other cast and crew members said they were "grossly misled" about the film's intent.
YouTube restricts video access over Libyan violence
"The entire cast and crew are extremely upset and feel taken advantage of by the producer," they said in a statement.
They said they were "shocked by the drastic rewrites of the script and lies that were told to all involved. We are deeply saddened by the tragedies that have occurred."
Garcia said that the character of Mohammed in the movie was named George when it was shot, and that after production wrapped she returned and read other lines that may have been dubbed into the piece.
A member of the production staff who worked on the film and has a copy of the original script corroborated the woman's account. There was no mention of Mohammed or Islam, the crew member said.
The filmmaker told the Wall Street Journal Jewish donors contributed $5 million to make the film. Based on the trailer, however, the amateurish movie appears to have been produced on a low budget.
Anti-Muslim activist Steve Klein, who said he was a script consultant for the movie, said the filmmaker told him his idea was to make a film that would reveal "facts, evidence and proof" about the Prophet Mohammed to people he perceived as radical Muslims.
Klein said the movie was called "Innocence of Bin Laden."
"Our intent was to reach out to the small minority of very dangerous people in California and try to shock them into understanding how dangerous Islam is," Klein said.
"We knew that it was going to cause some friction, if anybody paid attention to it," he said.
But when Klein went to the screening in the Los Angeles theater, no one was there.
"It was a bust, a wash," he said.
Killing shines light on Muslim sensitivities around Prophet Mohammed
But a while later, the trailers were online. They were segments focusing on the Prophet Mohammed and posted under the title, "Innocence of Mohammed."
The trailers were translated into Egyptian dialects of Arabic, the New York Times reported. Egyptian television aired certain segments.
And the fury erupted.
Klein told CNN Wednesday that the filmmaker, whom he called Sam Bacile, was in hiding.
"He's very depressed, and he's upset," Klein said. "I talked to him this morning, and he said that he was very concerned for what happened to the ambassador."
The Atlantic later quoted Klein as saying that Sam Bacile was a pseudonym. He said he did not know Bacile's real name.
Klein is known in Southern California for his vocal opposition to the construction of a mosque in Temecula, southeast of Los Angeles, in 2010. He heads up Concerned Citizens for the First Amendment, a group that contends Islam is a threat to American freedom.
The Southern Poverty Law Center, which tracks hate groups, says Klein, a former Marine and Vietnam veteran, helped train militant Christian fundamentalists prepare for war.
On Thursday, a Los Angeles County official denied a CNN's request to view a copy of the film permit filed for the production of "Innocence of Muslims."
"While these permits are typically made available to the public, online, this particular permit has been temporarily removed at the specific request of Federal authorities, who have cited public safety concerns," county Assistant Chief Executive Officer Ryan J. Alsop told CNN in an e-mail.
Alsop later revised his statement to say that the permit "is not being made available to the public at this time due to public safety concerns raised by the U.S. State Department and the Federal Bureau of Investigations. The Federal government has not issued an official request to the County of Los Angeles to remove the permit."
A permit is required when filming is done outside of a certified soundstage or studio backlot, which could involve cameras in public spaces, according to Film L.A. Inc., the private nonprofit group set up by the city and county of Los Angeles to process film permits.
The FBI and U.S. Department of Homeland Security issued a joint intelligence bulletin about how the film poses "security concerns to U.S. interests at home and abroad," according to the bulletin obtained by CNN.
"Although there has been no violent reaction to the film in the Homeland thus far, the risk of violence could increase both at home and abroad as the film continues to gain attention. Additionally, we judge that violent extremist groups in the United States could exploit anger over the film to advance their recruitment efforts," the bulletin says.
The movie got even more notice after it was promoted by anti-Islam activists, including Egyptian-born Coptic Christian Morris Sadek and Terry Jones, the Florida pastor whose Quran-burning last year sparked deadly riots in Afghanistan.
Jones said he had been contacted to help distribute the film.
"The film is not intended to insult the Muslim community, but it is intended to reveal truths about Mohammed that are possibly not widely known," Jones said in a statement.
"It is very clear that God did not influence him (Mohammed) in the writings of the Quran," said Jones, who went on to blame Muslims' fear of criticism for the protests, rather than the film.
Gen. Martin Dempsey, chairman of the Joint Chiefs of Staff, called Jones to ask him to withdraw his support for the film, said Col. David Lapan, Dempsey's spokesman.
"Jones' support of the film risks causing more violence and death," Lapan said.
That fear mounted as anger raged in the Muslim world and especially as Friday, Islam's day of religious observance, fast approached.
Reaction to anti-Islam film fuels debate on free speech versus hate speech